Bayangan di Jendela



 Malam itu, hujan turun deras. Angin berhembus kencang, menggoyangkan pepohonan di sekitar rumah tua yang terpencil di pinggir desa. Di dalam rumah itu, tinggal seorang gadis bernama Maya yang baru saja pindah bersama orang tuanya. Rumah itu dibeli dengan harga murah, namun kabar burung menyebutkan ada kisah menyeramkan yang menyelimuti tempat tersebut.

Maya selalu merasa ada sesuatu yang aneh sejak malam pertama tinggal di sana. Suasana rumah tua itu terasa dingin, bahkan ketika tidak ada hujan. Malam itu, karena sulit tidur, Maya memutuskan untuk duduk di tepi jendela kamarnya sambil menatap ke luar. Hujan deras membuat pemandangan buram, dan lampu jalan yang remang-remang menambah kesan suram.

Ketika Maya mengusap jendela yang berembun, ia terkejut melihat sosok bayangan yang berdiri di luar. Sosok itu tampak diam dan menatapnya dengan pandangan kosong. Jantung Maya berdegup kencang. Ia berpikir mungkin itu hanyalah bayangan pohon atau refleksi air hujan, namun semakin ia memperhatikan, semakin jelas terlihat bentuk wajah yang pucat, mata yang tajam, dan bibir yang menyeringai.

Maya segera mundur menjauh dari jendela. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya halusinasi karena rasa lelah. Namun, rasa takut membuatnya enggan melihat keluar jendela lagi. Tiba-tiba, suara ketukan terdengar dari jendela kamarnya. "Tok… tok… tok…"




Dengan tangan gemetar, Maya mencoba mengabaikan suara itu. Namun, ketukan semakin keras dan tidak berhenti. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk melongok kembali ke arah jendela. Bayangan tadi sudah tidak ada, tapi ketukan itu masih berlanjut. Dengan rasa penasaran yang bercampur takut, ia mendekati jendela dan membuka sedikit gorden untuk melihat ke luar.

Tak ada siapa-siapa di sana.

Namun, sebelum Maya sempat menghela napas lega, suara ketukan berpindah ke pintu kamarnya. Kali ini ketukannya lebih pelan, namun terdengar berulang-ulang seperti ada seseorang yang tidak sabar. Rasa takut menguasai seluruh tubuhnya, tetapi dorongan untuk mengetahui siapa yang mengetuk membuatnya mendekat. Dengan langkah perlahan, Maya meraih gagang pintu dan membukanya.

Di depan pintu, berdiri sosok yang sama dengan yang ia lihat di jendela. Sosok itu tersenyum lebar, bibirnya pucat dan matanya kosong. "Kamu tidak bisa lari dariku, Maya," bisik suara lembut namun menyeramkan itu.

Maya menjerit, tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Perlahan, pandangannya mengabur, dan dunia terasa gelap. Ketika orang tuanya menemukannya keesokan paginya, Maya hanya bisa terdiam dan menatap jendela kamarnya dengan tatapan kosong yang sama seperti sosok yang menghantuinya tadi malam.

Sejak saat itu, setiap malam hujan, warga desa mengaku sering melihat bayangan sosok gadis berdiri di jendela rumah tua itu, menatap dengan pandangan kosong, seolah-olah mencari seseorang untuk menemaninya dalam kesunyian abadi.

Popular posts from this blog

Creapy Pasta : The Grinning Man

Penghuni Kamar Nomor 13